Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Kita kutip makna ayat 13 surat al-Hujurat secara lengkap, “Wahai manusia! Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan puak agar kamu saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang termulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahasadar.”
Yang dipanggil oleh ayat bukan hanya orang beriman. Mufasir Muhammad Asad dalam The Message of the Quran (1980, halaman 792) memberi ulasan tentang etika sosial yang terkandung dalam ayat 13 ini. Kita kutip, “Bermula dengan penghormatan yang ditujukan kepada Nabi (dalam ayat 2-7) dan implikasinya kemudian atas kepemimpinan umat yang benar sesudahnya, diskursus ini mencapai puncaknya pada prinsip persaudaraan di antara orang-orang beriman (ayat 10), dan dalam pengertian yang terluas, persaudaraan seluruh umat manusia (ayat 13).”
Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Dalam Mukhtashar min Tafsîr al-Imâm al-Thabarî dan Qur’ân Karîm: Tafsîr wa Bayân ma’a Asbâb al-Nuzûl li-‘l-Suyûthî, ayat 10 surat al-Ĥujurât di atas tidak diberi penjelasan tentang betapa pentingnya ungkapan innamâ di awal ayat itu. Saya heran mengapa kedua mufassir klasik yang berbeda abad itu tidak membahas prinsip utama tentang persaudaraan orang beriman ini. Mungkin dianggap ayat itu sudah sangat jelas, karenanya tidak perlu diberi penjelasan lagi. Atau mungkin juga karena yang saya cek ini adalah ringkasan kedua tafsir itu, di dalamnya ayat 10 itu tidak disertakan penjelasan oleh yang meringkas.
Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Saya tidak tahu apakah ada Kitab Suci selain Alquran yang siap untuk diterima atau ditolak dengan memanggil semua otak-otak besar yang pernah dikenal umat manusia sepanjang sejarah (lih. misalnya s. al-Baqarah: 23; s. al-Isrâ: 107). Tantangan ini akan berlaku sepanjang zaman sampai rapuhnya dunia ini. Dengan pengetahuan yang terbatas tentang Alquran, Resonansi ini akan mencoba mengurai tiga bahasan yang saling berkait itu sebagai bagian dari kegelisahan batin saya yang sudah dirasakan sejak masih kuliah di Universitas Chicago antara tahun 1979 s/d 1982.
Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Puncak kemegahan rezim Turki Usmani terjadi pada abad ke-16, terutama di bawah Sultan Sulaiman Yang Agung (1520-1566). Kemegahan ini terjadi juga dengan melibas suku-suku kecil Turki yang semula bersifat otonom dalam bentuk keamiran, sehingga protes mereka berbunyi: “Mengapa sultan menghabisi kami sesama Muslim, bukan yang non-Muslim.” Sesungguhnya yang dihabisi itu bukan hanya suku-suku kecil Turki itu, rezim Safawi yang syi’ah juga diperangi, di samping memerangi daerah Balkan, Hungaria, bangsa-bangsa Arab di Asia Barat dan Afrika Utara. Lagi-lagi, sebuah imperium memang dibangun di atas tengkorak manusia, Muslim atau non-Muslim. Umat Islam pada umumnya larut dalam kemegahan kekuasaan rajanya, tetapi sedikit sekali yang mau merenung dan mengoreksi proses kemegahan itu diraih. Sikap moral kebanyakan kita lemah sekali.
Dinasti Umayyah yang sepenuhnya bercorak Arab dibangun Mu’awiyah di atas kafan ‘Ali bin Abi Thalib dengan ibu kota Damaskus. Rezim ini bisa bertahan sekitar 90 tahun (661-750) untuk kemudian diluluhlantakkan oleh rezim baru, campuran Arab dan Persi, dinasti ‘Abbasiyah (750-1258), dengan ibu kota Baghdad. Muslim keturunan Persi merasa dianaktirikan oleh rezim Umayyah sebagai warga mawâlî (kelas dua) cepat bergabung dengan rezim ‘Abbasiyah yang semula berpusat di Khurasan (Persi).
Peradaban memang berkembang hingga mencapai puncak-puncaknya yang tertinggi, tetapi semua itu juga dibangun di atas tengkorak umat Islam yang berbeda pandangan politik. Salah seorang dari unsur dinasti Umayyah yang bebas dari pengejaran pasukan ‘Abbasiyah, Abd al-Rahman I (al-Dâkhil) lari ke Spanyol untuk kemudian pada tahun 756 membangun kerajaan di sana yang bisa bertahan berabad-abad sampai 1031 disertai perkembangan peradaban yang tidak kalah hebatnya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh dinasti ‘Abbasiyah di belahan Timur. Kita semua pasti bangga dengan capaian-capaian itu, tetapi jangan lupa membaca sisi gelap yang lain: politik kekuasaan telah menghancurkan perumahan persaudaraan umat dengan membuang jauh perintah Alquran tentang persatuan berdasarkan iman ke dalam limbo sejarah. Dalam politik kekuasaan, iman sering benar digantikan oleh semangat suku, ras, atau keturunan.
Oleh: Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif
Jika turunnya wahyu pertama pada tahun 610 Masehi sebagai awal kenabian dapat diterima menjadi tonggak karier Islam di muka bumi, maka karier itu sudah berlangsung dalam lipatan abad yang panjang. Islam bukan lagi agama sederhana, ia sudah kompleks sekali. Tafsiran terhadap agama terakhir ini sudah berlapis-lapis, sehingga untuk menentukan mana yang emas dan mana yang loyang menjadi tidak mudah, kecuali di tangan orang yang dikurniai ‘aqlun shaĥîh wa qalbun salîm (minda yang sehat tak terbelah dan hati yang tulus tanpa cacat), sekalipun tidak pernah sempurna. Alquran pasti membuka diri terhadap orang dengan kualitas prima ini. Tetapi manusia tetap manusia dengan segala keterbatasannya, ada saja sisi-sisi yang lemah yang mengganggu.
Sebanyak 93 santri yatim dan yatim piatu mendapatkan santunan dari Panti Asuhan Al-Ittifaqiah Indralaya. Serah terima yang berlangsung malam ini (3/11) dihadiri langsung oleh ketua Yayasan beserta pengurus pondok pesantren al-Ittifaqiah Indralaya.
Kehidupan rumah tangganya mendapatkan cobaan berat sesaat setelah isterinya melahirkan anak ke empatnya. Setelah melahirkan, tiba-tiba ke dua kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan. Kondisi itu berlangsung hingga 2 tahun. Kondisinya kemudian bukannya membaik, pada tahun berikutnya justeru kelumpuhan itu terjadi pada seluruh tubuhnya. Lidahnya tidak bisa digerakkan, otomatis juga tidak bisa berbicara. Satu-satunya cara berkomunikasi dengan orang lain hanya dengan menggunakan bahasa isyarat mata.
Irving Stern adalah sopir taksi di New York. Suatu kali di tahun 1966, ia melintasi York Avenue. Ketika sedang melintas di depan New York Hospital, seorang pria berpakaian rapi memanggilnya. Stern menghentikan taksinya, lalu pria itu minta diantarkan ke bandara LaGuardia.